KONSEP CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM



KONSEP CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM


Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa.Cinta adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas, tapi cinta harus teralisasikan dalam perbuatan/tindakan pribadi seseorang.


Para filosof dan arif membagi cinta (isyq) dalam beberapa bagian beragam. Namun dalam sebuah klasifikasi global cinta terbagi menjadi dua bagian:

1. Cinta hakiki (sejati) yaitu cinta kepada Allah Swt, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.
2. Cinta majasi (kiasan). Jenis cinta ini skopnya sangat luas dan dapat dikatakan bahwa cinta majasi tidak terbatas antara manusia kepada manusia lainnya saja, melainkan mencintai segala jenis orang dicintai selain Allah Swt disebut sebagai cinta majasi.

Adapun sekaitan dengan apa hukumnya cinta itu? Apa yang dapat dikatakan dalam masalah ini adalah bahwa cinta jika ia merupakan cinta sejati dan sebagian jenis majasinya; seperti cinta rasional dan cinta spiritual, bukan hanya tidak tecela bahkan boleh jadi termasuk sebagai bagian dari kesempurnaan. Namun apabila dari jenis cinta hewani yang merupakan tingkatan terendah jenis cinta, cinta seperti ini apabila disertai dengan kesucian dan ketakwaan serta tidak keluar dari domain kesucian maka hal itu diperbolehkan.

Jenis cinta seperti ini datang dengan cepat dan juga pergi dengan cepat. Cinta seperti ini tidak dapat diandalkan. Membunuh kemuliaan manusia. Hanya dengan bantuan menjaga kesucian (ifaf), ketakwaan dan tidak tunduk di hadapan orang-orang yang mendapatkan keuntungan darinya; yaiatu tatkala terjadi perpisahan dan tidak bersua satu sama lain, dan kesucian dari sisi lain, maka segala duka dan nestapa, pelbagai tekanan dan kesusahan yang menguasai jiwa seorang pecinta akan menjadi ringan tatkala disertai dengan kesucian dan ketakwaan.

Para arif dalam hal ini berkata, “Cinta majasi dapat menjelma menjadi cinta hakiki; artinya cinta mengarah kepada Allah Swt dan manusia dapat mengambil keuntungan dari kecintaan seperti ini. Di samping itu, memiliki banyak pengaruh dan manfaat seperti cinta kepada manusia memberikan energi, daya dan kekuatan serta menghilangkan ketakutan kemudian memberikan manusia keberanian dan keprawiraan. Cinta akan mencetak manusia bakhil menjadi manusia dermawan. Cinta menyempurnakan jiwa dan pelbagai potensi menakjubkan dan bakat terpendam akan bersemi dengan cinta.

Cinta adalah penyuling dan akan menyuling segala noda yang terdapat dalam jiwa manusia menjadi suci.

Karena itu, cinta apabila ia merupakan cinta sejati (hakiki) tentu saja merupakan suatu hal yang terpuji dan apabila merupakan cinta majasi, dengan syarat disertai dengan ketakwaan dan kesucian, maka tentu cinta seperti ini bukan cinta yang tercela.

Kata Mutiara Imam Ali as Tentang Cinta

Cinta kepada Allah itu bagaikan api
apapun yang dilewatinya akan terbakar…

Cinta kepada Allah itu bagaikan cahaya
apapun yang dikenainya akan bersinar…

Cinta kepada Allah itu bagaikan langit
apapun yang ada di bawahnya akan ditutupnya…

Cinta kepada Allah itu bagaikan angin
apapun yang ditiupnya akan digerakkannya…

Cinta kepada Allah itu bagaikan air
dengannya Allah menghidupkan segalanya…

Cinta kepada Allah itu bagaikan bumi
dari situ Allah menumbuhkan semuanya…

Apakah Islam mengakui cinta?


Krn Islam adalah agama yg fitrah, maka Islam mengakui ttg hal ini. Hal yg sangat mendasar dalam diri manusia. Namun Islam membagi beberapa tingkatan ttg cinta. Dan tingkatan2 cinta ini akan selalu ada dalam kehidupan ini sampai saatnya bumi dan seisinya dihancurkan oleh Allah.

Adapun dasar ttg tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah pada QS. 9 (At Taubah): 24).
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik”

Cinta pada tingkat tertitinggi adalah cinta kepada Allah, rasulNya dan jihad dijalanNya.
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada ortu, anak, keluarga, pasangan dan saudara.
Adapun cinta yg paling rendah adalah cinta yg lebih mengutamakan harta, keluarga, daripada cinta kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNYa.
Hikmah dari Cinta:
1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yg mulia atau menghempaskannya kepada jalan yg hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi, pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.

# Ketika cinta diarahkan kpd kebaikan, mk cinta dapat membawa keutuhan, perdamaian, kebaikan pada kehidupan bermasyarakat.
# Cinta yg ditumbuhkan oleh factor keimanan, maka akan menghasilkan berbagai hal yg mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi muslim pada masa dahulu.
Dan masih banyak lagi hikmah yg lain dari adanya rasa cinta pada diri manusia.

Fenomena yg timbul dari tingkatan2 cinta yg ada akan menimbulkan efek yg berbeda
Pada fenomena tingkatan cinta yg tertinggi, maka akan membuat seseorg dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , RasulNya dan jihad dijalannya. Dalam kehidupannya sehari2 tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluknya. Kemudian, bagi seseorg yg sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kmdn dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki.

Firman Allah pada Qs. 28:68.
“Rabbmu menciptakan apa yg Dia kehendaki dan memilih (seorg Rasul diantara hambaNYa). Sekali2 tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan MahaTinggi dari apa yg mereka persekutukan (denganNya)
Qs. 33: 36
“Tidaklah patut bagi seorg mukmin baik laki2 maupun perempuan jika Allah dan RasulNya telah menetapkan bagi mereka suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yg lain dalam urusan mereka…”
Qs.2:140
“Apakah kalian yang lebih mengetahui ataukah Allah?…”
Qs. 2 : 282
“…dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Adapun dampak yg disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tdk Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh iktakan kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tdk Allah tanamkan rasa cinta pada manusia maka, mk tidak akan tercipta hubungan social antar bangsa yg dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal)
Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaahalatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
Firman Allah tentang hal ini terdapat pada Qs. 49:10
“Sesungguhnya orang2 mukmin itu bersaudara…”
Qs. 49 : 13
“ Wahai manusia seseungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki2 dan perempuandan Kami telah menjadikan kalian berbangsa2 dan bersuku2 agar kalian saling mengenal…”
Hadits riwayat Bukhari-muslim
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya .., hendaklah dia menghormati tamunya”
Dan masih banyak lagi ayat dan hadist yg menceritakan tentang hubungan antar manusia.

Fenomena Cinta tingkat rendah
Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah manusai, batu dsb.
Qs. 2: 165
“Diantara manusia ada orang2 yg menyembah tuhan2 selain Allah. Mereka mencintai tuhan itu sebagaimana mereka ( org2 mukmin yg mukhlis) mencintai Allah. Adapun org2 yg beriman jauh lebih besar cintanya kepada Allah (disbanding cinta org2 kafir terhadap tuhan2 mereka)…”
2. Menjalin tali kasih kepada musuh2 Allah.
Qs. 60:1
“Hai org2 yg beriman, jgnlah kalian menjadikan musuhKU dan musuh kalian sebagai teman2 setia, yg kalian sampaikan kepada mereka (rahasia org2 mukmin) karena kasih sayang (kepada mereka), padahal sebenarnya mereka telah ingkar terhadap kebenaran (kitab dan Rasul) yg datang kepada kalian..”

3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
Qs.3:14

“Dijadikanlah indah pada (hati) manusia kecintaan kepada apa2 yg diingini, yaitu wanita2…”
4. Mencintai ayah,ibu,anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan Jihad dijalannya.
Qs.9:24.
“Jika bapak2, anak2, saudara2, pasangan2, dan kaum keluarga kalian, harta kekayaan yg kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yg fasik”

Nabi salallahu ‘alaihiwassalam bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorg dari kalian hingga aku lebih dia cintai daripada bapak-ibunya, anaknyadan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Menuhankan hawa nafsunya,
Qs. 45:23
“ Bagaimanakah pendapatmu tentang org menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membirakannya sesat berdasarkan ilmuNya?…
Dengan demikian bagi seorang mukmin yg telah diliputi oleh manisnya iman, maka ia tidak akan rela jika dirinya diliputi oleh cinta pada tingkatan yg rendah yg akan membunuh karakter manusia dan menghancurkan kemuliaannya. Bahkan ia akan menjaga kesetiaannya hanya kepada Allah saja. Dia akan menjaga cintanya untuk tidak akan memberikannya kepada mush2 Islam, Dia akan menjaga syahwatnya, dan tidak melakukannya dijalan yg bahtil.Dia tidak akan mencintai kekayaannya, pasangan, anak, orag tuanya, keluarganya, kedudukannya melebihi cintanya kepada Allah, RasulNya dan jihad dijalanNya.
Pada akhirnya hanya diri kita sendiri yg akan menentukan pada tingkatan cinta yg mana kita berada. Dan hal ini hanya Allah dan diri kita saja yg tahu.

Firman Allah :
“ Katakanlah : ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya, Allah  mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” ( Q.s. Ali ‘Imran 3:31)
Cinta adalah perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Dan terpautnya hati orang yang mencintai terhadap orang yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu ceria. Cinta dalam pengertian seperti ini adalah merupakkan perasaan mendasar dalam diri manusia yang tidak dapat terlepas. Dalam banyak hal, cinta untuk mengontrol keinginan kearah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika seseorang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan, sebagaimana kehidupan orang-orang pilihan dan suci dan orang –orang yang bertaqwa yang selalu berbuat baik.
Dalam agama Islam diajarkan bahwa perasaan cinta ditujukan semata mata kepada sang pencipta, sehingga cinta kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluknya.Justru, cinta pada makhluknya dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya.
firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165,
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”
Allah menyampaikan mengenai perbedaan dan garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman melalu indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan memberikan porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.
               Cinta dalam islam terbagi dalam tingkatan-tingkatan, Adapun dasar tentang tingkatan cinta dalam Islam, adalah firman Allah
“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan, dan kaum keluarga  kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yg kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan (daripada) jihad di jalanNYa, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan siksaNya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. 9 (At Taubah): 24).
Cinta pada tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulnya dan jihad didalamnya. Cinta pada tingkatan menengah adalah cinta terhadap orang tua,anak, keluarga, pasangan dan saudara. Adapun cinta pada tingkatan terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan terhadap harta, keluarga melainkan cintanya terhadap Allah, rasul-Nya dan jihad didalamnya.
               Fenomena yang timbul dari tingkatan-tingkatan cinta yang ada akan menimbulkan efek yang berbeda. Pertama, pada fenomena tingkatan cinta yang tertinggi, maka akan membuat seseorag dalam hidupnya untuk selalu mendahulukan cinta kepada Allah , Rasul-Nya dan jihad dijalan-Nya. Dalam kehidupannya sehari-sehari tidak ada orientasi selain kepada Allah. Dia akan selalu merasa yakin bahwa segala sesuatu yg telah Allah tetapkan adalah yg terbaik bagi manusia. Bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluk-Nya. Kemudian, bagi seseorang yang sudah merasakan nikmatnya iman, maka dia akan selalu meneladani kepribadian Rasulluh, mencintai Rasululluh, kemudian dia juga akan mencintai jihad dijalanNya. Akan berjuang dengan segala apa yg dia miliki.
        Kedua, Adapun dampak yang disebabkan oleh cinta tingkat menengah dalam membentuk karakter individu, keluarga, dan  masyarakat telah amat nyata. Jika tidak Allah ciptakan cinta pada suami –istri maka tidak akan tercipta keluarga, tidak akan lahir anak-cucu, tidak akan terjadi proses mengasuh, mendidik dan memelihara anak.Jika tidak Allah ciptakan cinta pada anak, niscaya dalam jiwanya tidak akan ada semnagat kekeluargaan, tidak akan kokoh ikatan
kekeluragannnya, tidak akan mengasihi saudaranya. Jika tidak Allah tanamkan
rasa cinta pada manusia maka, tidak akan tercipta hubungan social antara
bangsa yang dibangun atas prinsip ta’aruf (saling mengenal).Dengan demikian cinta tingkat menengah ini amat penting untuk menciptakan kemashalatan pribadi dan keluarga khususnya dan untuk merealisasikan kemaslahatan antar bangsa dan seluruh ummat manusia pada umumnya.
               Ketiga, Fenomena Cinta tingkat rendah. Cinta jenis ini ada beberapa macam:
1. Mencintai thougut dan sesembahan selain Allah, seperti menyembah
manusia, batu dsb.
2. Menjalin tali kasih kepada musuh-musuh Allah.
3. Mengumbar syahwat dan berkubang dalam Lumpur kekejian dan kehinaan.
4. Mencintai ayah, ibu, anak, istri, suami, keluarga, karir, tanah air melebihi cintanya kepada Allah, Rasul-Nya dan Jihad dijalan-Nya.

Bagaimana islam menggambarkan dan mengajarkan kepada manusia tentang cinta sudahlah sangat jelas dapat difahami, namun terkadang manusia banyak yang terjerumus oleh cintanya, karena apa yang di pahaminya tentang cinta itu tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan dalam islam.
Pemateri, Ustaz Dr.H.M.Ishaq Shamad,MA menyatakan bahwa konsep cinta dalam filsafat adalah “kecenderungan hati subjek untuk menyatu dengan obyek”.
Jika cinta kepada Allah SWT berarti hatinya selalu cenderung mengingat Allah, hatinya merasa tenang jika melihat/mendengar ayat-ayat Allah. Cinta kepada rasul juga begitu, hatinya selalu condong bershalawat kepada Nabi dan merasa tenang dan senang menjalankan ajaran Nabi Muhammad Saw. Cinta kepada Orang tua berarti hati dan pikirannya selalu tertuju pada kedua orang tuanya. Ia merasa tenang berada disisi kedua orang tuanya. Cinta kepada lawan jenis, selalu ingin menyatu dengannya sesuai dengan syariat Islam. Sebab jika tidak sesuai dengan syariat dan akhlaq Islami.
“Maka jika keinginan bersatu itu hanya memperturutkan hawa nafsu belaka, maka apa bedanya dengan binatang/hewan,” urainya.
Untuk itulah ada syariat/akhlak dan ajaran Islam yang mengatur hubungan/pergaulan manusia, agar manusia hidup beradab dan bersusila.
Dikatakan pula bahwa Al-Qur’an menjelaskan “laa taqrabuz zina”, janganlah mendekati zina, artinya jangan berprilaku yang menyebabkan mengarah pada zina, misalnya tidak berdua-duaan lawan jenis bagi yang bukan muhrimnya. Karena jika itu terjadi, maka setanlah yang akan menjadi yang ketiga. Padahal setan selalu membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia (allaziy yuwaswisu fiy suduurin naas).
Oleh karena itu, menurutnya, Islam mengajarkan jika ada pemuda yang sudah jatuh cinta dan tidak sanggup mengendalikan hawa nafsunya, maka segeralah menikah sesuai dengan ajaran Islam.


Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Instagram

www.instagram.com/alda.aladawiyah

Twitter

@AldaAvibra

Like us