Mawarku
untuk Melatimu
oleh Alda Aladawiyah
Matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk
timur. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke sekolah, aku menyiram bunga mawar
hitam kesayanganku. Ya, warnanya hitam. Tak seperti bunga mawar lainnya, mawar
hitam adalah jenis bunga yang langka dan belum maksimal ditanam secara
komersil, karena habitat aslinya adalah di pedalaman hutan yang dingin yang
sedikit mendapatkan sinar matahari. Itulah mengapa warnanya hitam.
Aku
telah merawat mawar hitam ini selama dua tahun. Mawar hitam ini tumbuh subur di
pekarangan rumahku. Bunga ini adalah peninggalan nenekku yang beliau berikan
untukku sebelum dia meninggal. Itulah mengapa aku sangat menyayangi bunga mawar
hitam ini.
***
Bel sekolah akan berdering sepuluh menit
lagi. Seseorang yang kutunggu tak kunjung datang. Mana dia? Tanyaku dalam hati.
Jam segini biasanya dia sudah duduk manis di sudut kelas sambil membaca buku. Tapi
hari ini dia belum juga kelihatan batang hidungnya.
Seseorang
itu adalah Alan, satu-satunya lelaki yang dekat denganku di sekolah. Aku tak
pernah dekat dengan lelaki manapun di sekolah kecuali dia. Kurasa karena dia
adalah sosok laki-laki yang pengertian, baik hati, cerdas, dan selalu
mendukungku. Dia bukan seperti laki-laki lainnya yang pada umumnya suka mencari
perhatian cewek-cewek dengan tingkah yang aneh. Dia adalah orang yang apa
adanya. Sikapnya membuat aku simpatik dengannya dan diam-diam aku mulai
menyukainya.
Aku
membuka buku PR-ku. Mengeceknya kembali. Sesekali aku melempar pandangan keluar
melalui jendela kelas. Dia belum juga datang.
“Hai,
Bella..” sapa lelaki yang mendekat menghampiriku. Dia tersenyum dan duduk di
sampingku.
“Alan?
Sejak kapan kamu disini?” tanyaku kaget. “Kok aku nggak liat..”
“Aku
tahu siapa yang kamu tunggu sedari tadi,” katanya sambil tersenyum.
“Emang
siapa? Jangan kegeeran jadi orang,” kataku sambil menutupi ekspresi wajahku
yang salah tingkah.
“Siapa
lagi kalau bukan aku..”
“PD...”
kataku memasang wajah jengkel. “Ngomong-ngomong,tumben kamu datangnya jam
segini? Biasanya ayam belum berkokok aja kamu udah mojok di kelas pacaran sama
buku,” candaku.
“He..he..
Melatiku butuh perhatian ekstra..” kata Alan.
Alan
selalu bercerita kepadaku tentang melati-nya. Bagaimana dia merawatnya, membuatnya
tetap berdiri kokoh dan terlihat indah setiap hari. Dia bilang melati-nya lebih
cantik dibandingkan mawarku. Dia juga bilang bahwa dia sangat menyayangi
melati-nya lebih daripada aku menyayangi mawarku. Huuh,ada-ada saja. Aku pernah
bertanya mengapa dia begitu menyayangi melati-nya. Tapi dia tak pernah cerita
padaku.
“Perhatian
ekstra? Manja amat. Aku jadi penasaran pengen lihat melatimu..”
Tak
lama kemudian Pak Baron memasuki kelas dan pelajaran pun dimulai. Dan seisi
kelaspun bersiap-siap merubah diri mereka menjadi superman.
***
Aku
berada di pekarangan rumahku untuk menyiram bunga mawar hitamku. Setelah
menyiraminya, aku pergi ke kamar. Aku melihat hpku. Tak ada sms maupun
panggilan. Aku sangat berharap sekali Alan mau menelponku.Akhir-akhir ini Alan
jarang sekali berkunjung ke rumahku dan mengobrol bersama.Aku tak pernah tahu
alasannya kenapa.Dia tak pernah memberitahuku.
Aku
mengambil ponselku dan mencoba menelponnya.Hp-nya aktif.
“Halo,Alan?”
“Ya,Bella..”
Jawab Alan datar. “Ada apa menelponku,?”
Aku
sedikit tersinggung ditanyai seperti itu oleh Alan.Memangnya salah jika aku
menelpon? Bukankah kita dulu sering ngobrol berdua? Batinku jengkel.Aku hanya ingin bilang aku rindu
padamu,Alan..
“Mmm..
Nggak papa sih.Lagi bosen niih.. Kamu lagi ngapain?” tanyaku menyembunyikan
rasa jengkelku.
“Bella?
Bisa nggak telpon nanti saja? Aku lagi ada yang dikerjain niih,,”
“Ooh,aku
ganggu kamu ya..?” tanyaku padanya.Kudengar tak ada suara.Lalu setelah itu nada
sambungan terputus.Alan mematikan Hpnya.Arrrgh....
Ada
apa dengannya? Mengapa aku tak berhak mengetahui apa yang dilakukannya? Selama
ini aku memang belum pernah mengunjungi rumahnya.Dia selalu mencari-cari alasan
untuk mencegahku pergi ke sana.Aku jadi
curiga...
***
Hari-hari
berlalu.Sikap Alan padaku sekarang menjadi aneh.Dia jarang bicara padaku dan
selalu ingin menyendiri.Dia menjadi sangat pendiam dan pemurung.Kenapa Alan tak
pernah terbuka padaku?
Musim
semi telah tiba. Aku berada di pekarangan rumahku.Memangkas dahan yang kering
pada bunga mawarku,termasuk juga tangkai
tanaman yang telah layu.Ini kulakukan agar mawarku memperoleh asupan oksigen
untuk pertumbuhannya.Aku pergi ke toko bunga langgananku untu membeli obat
pemberantas hama.
“Beli
Bouillie Bordelaise-nya satu botol..”
Kataku pada penjual di toko bunga itu.Tiba-tiba aku melihat ada Alan di dalam
toko itu.
“Alan?
Mau beli sesuatu untuk melati kesayanganmu itu,ya? Tanyaku sambil tersenyum
kepadanya.Dia tak membalas senyumku dan pergi begitu saja.Aku mengejarnya.
“Alan!
Kamu kenapa? Kenapa kamu akhir-akhir ini mengacuhkan aku? Aku jahat apa sama
kamu..” Alan tak mempedulikanku.Dia tetap berjalan. “Alan,kenapa kamu begitu
egois?”
Alan
menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku. “Kamu mau tahu kenapa aku
bersikap seperti ini padamu?” kata Alan menatapku.Aku memalingkan wajahku.Tak
memandang wajahnya. “Aku akan beritahu kamu suatu saat nanti..” Katanya.Dia
meninggalkanku dan tak berkata apa-apa lagi.
***
Sang
surya mulai tenggelam meninggalkan langit.Aku menyiram mawar hitamku lagi.Hanya
bagian daunnya saja yang kusiram.Menurut buku yang kubaca,prosedurnya memang
seperti itu.Pagi hari menyiram tanahnya,sore hari menyiram daunnya.Aku tak mau
menyakiti mawar hitam kesayanganku hanya gara-gara salah prosedur.Aku juga tak
mau kehilangannya.
Ya,aku
benar-benar tak mau kehilangan mawar hitamku ini.Kemarin kulihat ada maling
yang ingin mencuri mawar hitamku.Maklum,harga jual mawar hitam lumayan tinggi
karena ini adalah jenis bunga yang susah dicari dan termasuk langka di
Indonesia.Aku memergokinya sedang berusaha mencabut batangnya.Aku sontak
langsung berlari ke arahnya dan memukulinya dengan sapu.Orang itu langsung lari
ketakutan.
Di
kamar aku memikirkan kejadian di toko bunga beberapa hari yang lalu.Aku merasa
bersalah pada Alan.Aku menyesal telah mengatainya egois.Padahal aku tak tahu
apa-apa tentang masalah yang dihadapinya.Aku mengambil ponselku dan menelpon
Alan.Nadanya tersambung.
“Alan..”
kataku hati-hati.
“Bella..?”
katanya serak.Dari nadanya tampaknya dia sakit.Atau baru saja menangis? Batinku.
“Kamu
kenapa,Alan?” tanyaku penasaran.
“Kamu
bisa nggak ke sini?” Kata Alan sambil memohon.
“Kamu
di mana?”
“Di
rumah sakit.Kuharap kamu bisa ke sini secepatnya,” kata Alan. “Aku butuh kamu,”
Di
rumah sakit? Kenapa Alan selama ini tak pernah memberitahuku kalau dia sakit? Sakit
apa dia? Pertanyaan-pertanyaan menghujam pikiranku.Tanpa berpikir panjang aku
segera masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah sakit.
***
Aku
sampai di rumah sakit.Aku sangat tergesa-gesa dan berlari menuju
resepsionis.Tiba-tiba..
BRUKK!!
Aku
menabrak seorang wanita yang duduk di kursi roda.
“Oh
maaf,mbak... maaf,saya nggak seng....”
Aku
kaget melihat keadaan wanita itu.Kasihan sekali.Wajahnya yang putih tertutupi
dengan banyaknya bercak-bercak merah dan rambutnya yang panjang sangat tipis
dan terlihat botak disana-sini.Badannya sangat kurus.Wanita itu tersenyum
padaku dan aku tidak melihat adanya rasa jengkel dalam raut wajahnya walaupun
aku telah menabraknya.
“Mbak
ini gimana sih? Kalo jalan liat-liat dong!..” Kata suster yang berdiri di
samping wanita berkursi roda itu.
“Maaf
mbak,saya nggak sengaja.. saya terburu-buru ingin menemui teman saya.Sekali
lagi saya minta maaf,” Kataku.Aku langsung pergi ke bangsal tempat Alan
berada.Aku membelok ke koridor sempit dan dari kejauhan aku melihat Alan berdiri
di samping pintu.Aku berlari menghampirinya.
“Alan..?
Kamu baik-baik aja?” tanyaku khawatir.
“Aku
nggak papa kok.Aku minta kamu kesini karena aku ingin menjawab pertanyaanmu
yang selalu kamu tanyakan kepadaku,” katanya serak.Nampaknya dia barusan
menangis karena kulihat matanya merah dan sembab.
Tak
lama kemudian seorang suster masuk ke bangsal tempat kami berdua berdiri sambil
mendorong seorang wanita yang duduk di kursi roda.Itu wanita yang tadi! Alan memapah wanita itu dan membaringkan
tubuhnya di tempat tidur.Wanita itu memejamkan matanya.Alan membelai
rambutnya.Lama sekali dia menatap wanita itu.Lalu dia berjalan ke arahku.
“Dia
menderita penyakit Lupus sistemik.Penyakit baru yang mematikan setara dengan
kanker.Lupus menyerang jaringan dan sel tubuh,termasuk paru-paru dan
jantungnya.Badannya selalu panas bahkan kadang-kadang demam tinggi.Ketika aku
bertanya apa yang dirasakannya,dia selalu bilang kalau dia merasa lelah
sekali...” katanya sambil memandang wanita yang telah tertidur itu.
Aku
dan Alan berdiri di luar bangsal sambil menatap melalui kaca.Kami berdua diam
dalam keheningan sesaat.
“Siapa
wanita itu,Alan?” tanyaku akhirnya.
“Aku
tahu kamu pasti akan bertanya tentang itu pada akhirnya..” kata Alan dengan
tatapan kosong.Dia berbicara tanpa memandangku. “Dialah Melati,Bella.. “ Dia
menoleh ke arahku dan menatapku lekat-lekat. “Dialah yang selama ini aku
cintai..”
Aku langsung berdiri kaku.Aku tak
berkutik sama sekali.Aku tak bisa mempercayai apa yang Alan katakan barusan.Aku
seperti tersambar petir yang begitu dahsyatnya.Melati yang dia ceritakan selama
ini kepadaku adalah seorang WANITA yang dia cintai.Apakah ini hanya mimpi burukku?
Tak terasa air mataku menetes.
“Kenapa kamu nggak bilang dari dulu,Alan?” Kataku sambil menangis. “Tidakkah kamu sadar bahwa
wanita yang selama ini sangat mencintaimu adalah aku?” Kata-kataku terlontar
begitu saja.Aku tak sadar telah mengucapkannya.
“Itulah
mengapa aku tak mengatakannya sejak dulu,Bella.. aku takut menyakitimu.Tapi
semakin lama aku menyembunyikannya,aku semakin takut untuk menyakitimu lebih
dalam lagi..” Kata-katanya serasa menusuk kalbuku. “Aku tahu tentang rasamu
kepadaku.Kamu begitu peduli padaku,begitu tulus.Tapi maaf,aku telah mencintai
Melati sejak dulu,jauh sebelum aku mengenalmu..” Dia menatapku dan melanjutkan
kata-katanya. “Kamu ingat saat ada
seseorang yang ingin mencuri mawar hitam-mu itu? Orang itu adalah aku,Bella.Melati
sangat menginginkan mawar hitam.Aku putus asa mencari mawar hitam
kemana-mana.Ketika aku bertemu kamu di toko bunga itu,aku baru ingat bahwa kamu
punya mawar hitam.Akhirnya kuputuskan untuk mencuri bungamu..”
“Dasar
pengkhianat!”
“Aku
tak punya pilihan lain,Bella..”
Aku
tak bisa menahan diri lagi.Aku berlari meninggalkannya sambil menangis.Aku
masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah.
Di
kamar,aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri.Pikiranku kacau.Dialah Melati,Bella.. Dialah yang selama
ini aku cintai..Kata-kata itu terngiang dalam pikiranku.Kenapa Alan begitu
jahat? Dia selama ini ternyata tak pernah mempedulikan perasaanku
terhadapnya.Dia memang pengkhianat.Aku tak percaya dia tega melakukan itu.
Tapi
tiba-tiba aku tersadar. Dia menderita
penyakit Lupus sistemik.Penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker.. Aku
ingat kata-kata itu.Melati sedang tersiksa saat ini.Begitu kejamnya
diriku.Mengapa aku memarahi orang yang sangat tulus kepada kekasih yang sangat
dicintainya? Mengapa aku malah mengatai dirinya sebagai seorang pengkhianat? Melati sangat menginginkan mawar hitam.Aku
putus asa mencari mawar hitam kemana-mana.... Apakah aku harus merelakan
mawar hitamku untuk kuberikan kepada Melati,wanita yang ternyata selama ini
Alan cintai? Apakah aku harus merelakan mawar hitamku yang telah kurawat susah
payah selama dua tahun penuh,yang merupakan satu-satunya peninggalan nenekku? Berikanlah mawarmu kepadanya,demi
kesembuhannya..Kata-kata itu berbisik pada hati kecilku.Ya,aku harus
memberikannya,demi kesembuhannya..
***
Aku
berjalan melewati koridor rumah sakit sambil membawa kantong plastik besar berisi
mawar hitamku.Menuju bangsal tempat Melati berada.Kutemukan.Aku masuk dan
melihat Alan duduk di samping Melati dan menggenggam tangannya.Alan tampak
kaget melihatku.
“Hai,Melati..Bagaimana
keadaanmu?” tanyaku sambil memaksakan diri tersenyum.Aku membuka kantong
plastik dan mengeluarkan mawar hitamku yang kutanam di pot kecil dan meletakkannya
di atas meja.Ekspresi wajah Melati antara senang dan bingung.
“Aku
mulai membaik,” katanya. “Terima kasih banyak atas mawar hitamnya.Kalau boleh
tahu,kamu siapa ya,kok tahu namaku? Dan darimana kamu tahu kalau aku sangat
menyukai mawar hitam?”
“Aku
Bella.Temannya Alan..” Kataku padanya. “Dia bercerita banyak tentangmu.Dia
bilang kalau kamu sangat menyukai mawar hitam,jadi kubawakan ke sini.Beruntung
ya,kamu punya Alan yang begitu sayang dan begitu tulus sama kamu..” Melati
hanya tersenyum lemah.Alan tak bicara apa-apa.
Aku
dan Melati mengobrol banyak.Aku jadi sering menjenguknya bahkan
menyemangatinya.Dibalik bercak-bercak merah di wajahnya,ternyata dia orangnya
ramah sekali.Dan juga tulus.Pantas saja Alan begitu terpikat olehnya.Alan
berhasil membuatnya tetap berdiri kokoh dan terlihat indah setiap hari.Seperti
yang selalu dia ceritakan kepadaku.
Tiga
bulan kemudian,akhirnya Melati sembuh.Aku melihat Melati memeluk Alan begitu
eratnya.Hatiku sakit melihatnya.Tetapi aku mencoba mengikhlaskannya.
Dari
sini aku belajar satu hal:Cintailah orang
lain dengan tulus dan apa adanya..
0 komentar:
Posting Komentar