Upacara Adat Kelahiran Bali



JATAKARMA SAMSKARA, UPACARA  ADAT KELAHIRAN DI BALI
 by
Ainur Rohmah Al adawiyah 

Hadirnya anggota keluarga baru dalam keluarga memang memiliki arti yang besar. Masyarakat Indonesia biasanya menyambut kehadiran bayi dalam suatu rangkaian perayaan. Aneka perayaan sarat makna itu semata-mata bermaksud memperingati tahap-tahap awal kehidupan seorang anak.
Masyarakat Bali memiliki upacara kelahiran yang disebut dengan Jatakarma Samskara. Upacara ini berisi doa-doa agar bayi punya masa depan yang baik. Sang ayah diminta menyentuh dan mencium bayinya yang baru lahir, sambil membacakan mantra pemberkatan di telinga, menyampaikan harapan agar bayi berumur panjang dan menjadi anak pintar. 
Upacara Jatakarma yaitu upacara kelahiran bayi yang dilaksanakan ketika  sebelum tali pusar bayi itu terputus,jika tali pusar si bayi sudah terlanjur lepas,harus dibuatkannya suatu upakara yang bertujuan untuk membersihkan secara spiritual tempat-tempat suci dan bangunan-bangunan yang ada disekitarnya.
Upacara Jatakarma dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan dan telah mendapat perawatan pertama.
Upacara ini adalah sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia.
Dapetan, terdiri dari nasi berbentuk tumpeng dengan lauk pauknya (rerasmen) dan buah-buahan.Lalu disediakan pula
canang sari / canang genten, sampiyan jaet dan penyeneng.
Tempat           Upacara Jatakarma dilaksanakan di dalam dan di depan pintu rumah.
Pelaksana     Upacara kelahiran dilaksanakan atau dipimpin oleh salah seorang keluarga yang tertua atau dituakan, demikian juga untuk menanam (mendem) ari-arinya. Dalam hal tidak ada keluarga tertua, misalnya, hidup di rantauan, sang ayah dapat melaksanakan upacara ini.
Tata Cara Upacara Jatakarma Samskara :         
  1. Bayi yang baru lahir diupacarai dengan banten dapetan, canang sari, canang genten, sampiyan dan penyeneng. Tujuannya agar atma / roh yang menjelma pada si bayi mendapatkan keselamatan.
  2. Setelah ari-ari dibersihkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam kendil lalu
ditutup. Apabila mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali. Perlu diingat sebelum kendil atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup kendil atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM KARA (OM) dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara AH KARA (AH) .
3.    Kendil atau kelapa selanjutnya dibungkus dengan kain putih dan di dalamnya diberi bunga.
4.  Selanjutnya kendil atau kelapa ditanam di halaman rumah, tepatnya pada bagian kanan pintu ruangan rumah untuk anak Iaki-laki, dan bagian kiri untuk wanita bila dilihat dari dalam rumah.

Mantram       
Menanam ari- ari.    Doa nya:
Om lbu Pertiwi rumaga bayu, rumaga amerta sanjiwani, angermertani sarwa tumuwuh si anu (kalau bayi sudah diberi nama sebutkan namanya) mangde dirgayusa nutugang tuwuh.         Om Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai pertiwi, penguasa segala kekuatan, penguasa kehidupan menghidupi segala yang lahir/ tumbuh, si anu (nama si bayi) semoga panjang umur.

Hal lain yang cukup menarik setelah sang bayi lahir adalah, perlakuan terhadap Ari-arinya. Ada berbagai cara yang dilakukan, misalnya ari-arinya dibuang dilaut atau sungai. Atau ditanam di depan rumah.

Nah, bagi orang Bali (Hindu), biasanya ari-arinya akan ditanam didepan rumah, yang sebelumnya harus diperlakukan khusus. Anda yang tinggal di bali mungkin tidak mengalami kesulitan untuk  mempersiapkannya. Buat yang tinggal di luar bali, mungkin ringkasan di bawah ini, bisa menjadi  gambaran.:

Bahan-bahan yang diperlukan:
  1. Air Kumkuman
  2. Boreh Gading (Beras+Bangle)
  3. Kelapa Daksina (dibelah)
  4. Ijuk
  5. Lontar/janur dituliskan” Om, a, ka, sa, ma, ra, la, wa, ya, ung”
  6. Ngaad (potongan bamboo)
  7. Batu built (batu kali)
  8. Daun pandan berduri
  9. Daun kanta wali
  10. Sanggah Cucuk
  11. Air bersih
  12. Kwangen
  13. Pis bolong (uang kepeng 11 )

Cara dan Doa saat menanam  Ari-ari :

  1. Ambil dan nyalakan dupa (3 atau secukupnya)
  2. Haturkan ke ibu Pertiwi “ Om ang sri basunari jiwa mertha, trepti, paripurna, ya nama swaha”
  3. Buat lubang (secukupnya)
  4. Cuci ari-ari sebersih mungkin
  5. Air sisa bilasan dibuang ke lubang
  6. Ari-ari, lontar dll dimasukan ke kelapa
  7. Dibungkus kain putih,
  8. Diberikan kwangen
  9. Gedong-gedongan dimasukan ke lubang
  10. Doa” om prasadha stiti sarira sudha ya namah”
  11. Di atasnya diletakan “ daun pandan, kanta wali, dan batu bulit (batu kali),  lampu, ditutup Guwungan.
  12. Didirikan sanggah cucuk+gantung-gantungan (aturan Sang Hyang Mahayoni)
  13. Segehan manca warna 5 tanding, untuk Panca Maha Buta “ nunas mangda ari-ari nyaga bayi titiyang” Om Ah amerta sanjiwa ya namah swaha”
  14. Maturan Sodan (Guru Reka) nunas tirta trus disiratin.
  15. Nyalakan Lampu sampai Kepus pungsed (tali plasentanya lepas) atau sampai 1 (satu)  otonan (weton) atau umur bayi 6 (enam) bulan bali atau 210 hari,  sesuai dengan adat masing-masing daerah di Bali.
  16. Di samping tanah tersebut, dipasang sanggah cucuk kecil (gambar di bawah yah), sanggah cucuknya harus diisi tutup kulit bambu (ada yang jual)..
  17. Di tanah bekas nanam ari2, diatasnya diberi penerangan dari lampu teplok… yang harus hidup apalagi waktu malem harus tetap hidup… lebih baik ditutup dengan keranjang.. biar ga diganggu binatang yang lewat
  18. Di dalam kamar disiapkan dulang kecil yang berisi dapetan untuk memuja dewa kumara (dewa penjaga anak-anak). Dapetan, terdiri dari nasi berbentuk tumpeng dengan lauk pauknya (rerasmen) dan buah-buahan.

Terdapat tiga macam tujuan dari upacara ini,yaitu

  1. Medha Jhana,yaitu diadakan upacara ini untuk menumbuhkan intelektual atau kepintaran anak.Pada saat upacar berlangsung,sang ayah memberikan satu sendok kecil madu atau minyak dari susu kepada bayinya,di telinga bayi itu  sang ayah mengucapkan mantra Gayatri.Tujuan dari semua ini adalah agar bayi tumbuh cerdas ,rupa yang bagus,dan kesehatan yang baik karena unsure madu dan minyak susu itu merupakan sumber kecerdasan,wajah dan kesehatan.
  2. Ayusya,yaitu upacara yang bertujukan adanya umur panjang bagi si bayi tersebut.Pada telinga kanannya,sang ayah mengucapkan mantra yang berbunyi :”Api adalah berumur panjang,melalui dewa api memohon kepada tuhan agar anak itu diberikan umur panjang,air adalah berumur panjang,melalui dewa air memohon kepada tuhan agar anak itu diberikan umur panjang,laut adalah umur panjang…..” dan seterusnya.
  3. Kekuatan juga dimohonkan untuk pengucapan mantra-mantra kehadapan tuhan,antara lain: Anggad anggad sambhaswasi hrdayadaadhhijase,atma wai putranawabhasi sajiwa saradah satam.Artinya :jadikanlah sekuat batu,jadikanlah sekuat baja,jadikanlah sekuat emas anak kami ya Tuhan,semoga menganugrahi kehidupan seratus tahun.

       Dengan doa dan proses yang benar, dipercaya sang bayi akan tumbuh menjadi anak yang pintar dan sehat serta dijaga oleh saudara-saudaranya.

Sumber :
http://www.babadbali.com/canangsari/banten/kelahiran.htm
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/bayi/psikologi/upacara.sambut.bayi/001/007/123/1/1
http://dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/upacara-kelahiran-sampai-perkawinan.html?m=1
https://pipitjgg.wordpress.com/category/tradisi-bali/

0 komentar:

Posting Komentar

Instagram

www.instagram.com/alda.aladawiyah

Twitter

@AldaAvibra

Like us